Selasa, 17 Januari 2012

Garuda di Lapangan Hijau


Sepak bola, olahraga ini sedang populer di Indonesia, tidak hanya para pria yang menyenangi olahraga ini namun, para wanita pun mulai menyukai olahraga yang satu ini, meskipun mereka tidak bermain langsung, antusias mereka untuk olahraga ini cukup tinggi.
Sejarah olahraga sepak bola dimulai sejak abad ke-2 dan -3 sebelum Masehi di Cina Di masa Dinasti Han tersebut, masyarakat menggiring bola kulit dengan menendangnya ke jaring kecil. Permainan serupa juga dimainkan di Jepang dengan sebutan Kemari. Di Italia, permainan menendang dan membawa bola juga digemari terutama mulai abad ke-16. Kompertisi sepak bola internasional terbesar adalah Piala Dunia yang diselenggarakan oleh FIFA, Piala Dunia sepak bola pertama kali dilaksanakan di Uruguay dan berulang setiap empat tahun sekali.
Olahraga sepak bola di Indonesia sendiri mulai masuk pada akhir tahun 1920, olahraga ini diperkenalkan oleh bangsa eropa, yaitu belanda. Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI) berdiri pada 19 April 1930 di Yogyakarta dengan pimpinan Soeratin Sosrosoegondo, setelah kongres di Solo organisasi tersebut berubah nama menjadi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, Indonesia pun telah berhasil lolos ke piala dunia pada tahun 1938 dengan menggunakan nama Hindia Belanda.
Namun, perkembangan sepak bola Indonesia kini kurang bersinar, terlalu banyak konflik di tubuh PSSI sendiri, tahun kemarin PSSI sempat mengadakan Kongres Luar Biasa yang salah satu tujuannya untuk mengganti ketua umum PSSI yang saat itu di bawah pimpinan Nurdin Khalid, Nurdin dinilai melakukan korupsi di PSSI. Lalu masalah ISL (Indonesia Super League) yang tidak mengakui keberadaan IPL (Indonesia Premiere League) yang berdampak pada permainan sepak bola di Indonesia.
Sepak Bola di Indonesia pun tak luput dari Politik-politik yang beragam, terlihat dari jersey yang dikenakan oleh para pemain di ISL, di jersey  mereka diwarnai oleh sponsor yang tidak tunggal, juga masalah lambang Garuda yang digugat akan dilepas dari kostum kebanggaan Bambang Pamungkas dan kawan-kawan, sang penggugat asalah seorang pengacara, David  berpendapat kostum timnas tak usah berlambangkan Garuda karena melanggar UU Nomor 24 Tahun 2009.
Lalu media masa yang tak henti-hentinya meng’elu-elu’kan Timnas saat berlaga di Piala AFF yang saat itu dikatakan sebagai momentum sepak bola Indonesia karena berhasil lolos ke pertandingan final dan akhirnya Indonesia harus kalah oleh Malaysia, beberapa masyarakat menyalahkan adanya saluran televisi swasta yang terlalu heboh mengadakan talkshow dengan para pemain, bahkan saat pemain sedang istirahat.
Masalah yang telah terjadi tahun-tahun kemarin berdampak pula di tahun kedepannya, banyak pemain muda yang berbakat tidak dapat membela Timnas dikarenakan mereka bermain untuk IPL, bukan untuk ISL  dan Indonesia harus kembali menelan kekalahan oleh Malaysia di SEA Games tahun kemarin. Tak hanya masalah itu, para pendukung Timnas juga masih menjadi kendala di setiap pertandingan Indonesia melawan Negara-negara lain, pendukung Timnas tidak dewasa dalam menyikapi beberapa keputusan wasit seperti memberikan tendangan bebas untuk pemain lawan, menentukan offside , dan mengeluarkan kartu kepada pemain Timnas, para supporter pun tak lupa membawa petasan ke dalam stadion dan tak henti-hentinya mengeluarkan kata-kata yang tak sopan kepada wasit jika sang wasit memberikan keputusan yang tidak sesuai seperti yang supporter inginkan.
Sudah saatnya Garuda kembali mengepakkan sayapnya, sepak bola di Indonesia tak perlu di warnai oleh masalah politik dan korupsi. Biarlah para pemain bebas mengekspresikan permainan mereka tanpa dibebani oleh masalah-masalah diluar pertandingan, jika diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik, contohlah seperti liga-liga professional yang telah dilaksanakan oleh Negara-negara maju, yang fair dan bersikap dewasa. Maju terus sepak bola Indonesia, ku yakin hari ini pasti menang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar